Waktu itu lebih mahal dari pada emas, karena waktu adalah kehidupan. Seseorang penuntut ilmu tidak boleh menyia-nyiakan waktunya untuk bercanda dan bermain. Sebab, ia tidak akan bisa mengganti kesempatan yang telah berlalu dan kesempatan itu juga tidak akan mau menantinya. Begitu juga, barangsiapa yang tidak memanfaatkan waktunya, niscaya penderitaannya akan terus berkepanjangan, sebagaimana orang yang terus sakit akan menderita menanati datangnya waktu sehat dan semangat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas ra., ia
berkata, “Rasulallah SAW. bersabda :
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu; waktu sehat dan waktu luang.”
Maka, seorang muslim yang
mendapatkan kedua nikmat itu sekaligus, yaitu tubuh yang sehat dan waktu yang
luang, seyogyanya harus menunaikan hak keduanya, yaitu bersyukur kepada Allah
SWT. dengan menggunakan keduanya dalam ketaatan kepada-Nya dan mencari
ridho-Nya. Bila menyia-nyiakannya, berarti ia adalah orang yang tertipu.
Artinya, ia akan mengalami kerugian yang besar. Sebab, masa sehat itu akan
berakhir dengan waktu sakit dan waktu luang berakhir dengan datangnya
kesibukan, ibarat seorang pendagang yang mempunyai modal dan ingin memperoleh
keuntungan. Begitu juga, modal seorang muslim adalah kesehatan dan waktu luang.
Maka, ia tidak boleh menyia-nyiakan sedikit pun
dari keduanya untuk sesuatu selain ketaatan kepada Allah yang merupakan
perdagangan yang paling menguntungkan. Sebagai salaf mengatakan, “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu; waktu sehat dan waktu luang.”
“Apabila datang kepadaku satu hari yang ilmuku tidak bertambah di hari itu sehingga mendekatkan diriku kepada Allah, berarti aku tidak mendapatkan berkah
pada matahari yang terbit pada hari itu”
Dari Muhammad bin Wasi’ Al-Azdyi, ia berkata, “Abu Darda’ menulis surat kepada Salman ra., ‘Dari Abu Darda’ kepada Salman. Wahai saudaraku, gunakanlah kesehatan dan waktu luangmu sebelum datang malapetaka menimpa dirimu, di mana seorang pun yang mampu menolaknya dari dirimu.”
Begitu juga dikatakan , “Ilmu itu
tidak akan memberikan sebagiannya kepadamu hingga kamu mempersembahkan seluruh
perhatiannya kepadanya.”
Imam
Nawawi Rahimallah berkata saat berbicara tentang adab seorang penuntut ilmu, “Hendaknya
seorang penuntut ilmu memiliki semangat dalam belajar dan mengoptimalkan semua
waktunya, baik siang maupun malam, saat mukim maupun safar. Waktunya tidak
boleh berlalu tanpa ilmu, kecuali untuk keperluan-keperluan yang mendesak
seperti; makan dan tidur sekedarnya atau
semisal dengan itu, seperti istirahat
sebentar untuk menghilangkan kebosanan dan kebutuhan-kebutuhan mendesak
lainnya. Amat bodohlah orang yang
memungkinkan untuk mendapatkan kedudukan
sebagai pewaris para Nabi kemudian ia malah menyia-nyiakannya.”
(Dr. 'Aidh Al-Qorni)
